Friday, March 29, 2013

"Balon-Balon Panjang (Jijik)"

Donny Philli

KETIKA sore telah mencapai klimaks, tiga bocah berusia 6 tahun asyik bermain-main, di belakang sebuah gedung. Jendela gedung itu, berjeruji, daun pintunya terbuka lebar. Dari dalam gedung terdengar sayup suara tawa cekikikan dan tertahan, ada juga suara desahan, mirip suara perempuan. Beberapa laki-laki dewasa tampak keluar masuk di kamar-kamar yang berbeda.
     
Di belakang gedung itu, mengalir air dalam parit setinggi mata kaki orang dewasa, di jalan kecil pemukiman padat nan kumuh, Kampung Aur. Ketiga bocah itu, dari bibir parit tampak bermain menghanyutkan benda apa saja yang mengapung. Lalu benda mengapung itu berhenti di hilir parit tak jauh dari anak-anak tersebut, bersama sampah-sampah yang tersangkut.
     
Seorang wanita muda, cantik dan kusut, muncul dari balik jendela. Dia, menempelkan mukanya ke jeruji seakan-akan mengeluarkan kepalanya, menatap kearah luar. Matanya celingak-celinguk mengawasi sekeliling. Beruntung, tidak ada seorang pun yang lewat, yang ada hanya tiga bocah sedang bermain parit, yang tak memperhatikan si wanita cantik tadi.
     
Dari balik jeruji itu, tangan kiri si wanita keluar melewati jeruji besi yang mirip sel tahanan itu. Dari jari tangan si wanita meninting sebungkus plastik kresek berwarna hitam, sedangkan mata si wanita berusaha melihat ke bawah di sempitnya jeruji besi itu. Matanya tertuju pada parit kecil, tempat 3 bocah sedang bermain kapal-kapalan.
Sekali lemparkan, sampah yang terbungkus kantong plastik asoy itu terlepas dari jepitan dua jari jempol dan telunjuknya. Plastik itu terjatuh tepat ke dalam parit, lalu hanyut. Sebuah benda keluar dari dalam kantong plastik itu. Benda itu berwarna putih bening, panjang dan kenyal, etrbuat dari karet elastis. Jatuhnya benda itu mengundang perhatian seorang bocah, lalu memungut dan menatapnya lama.
     
Si bocah lalu menyimpulkan, benda yang dicampakkan si wanita tadi adalah sebuah balon, berbentuk bulat panjang. Si bocah berpikir, temuannya itu seperti balon yang dijual di warung-warung dekat situ, hanya warnanya saja yang bening dan memiliki pentil di ujungnya. Betapa senangnya si bocah, ia lalu memberitahu kawan-kawannya kalau dia baru saja mendapatkan balon besar, tapi bekas.

"Woii.., woii, aku dapat balon," seru Agus pada Donny dan Rustam. "Dimana kau dapat," tanya Don. "Jatuh dari kantong plastik hitam itu," jawab Gus. Lalu ketiganya pun mengejar kantong plastik yang hanyut ke hilir parit. Setelah dapat lalu plastic itu dibuka, didalamnya terdapat 7 buah balon, semuanya basah terkena air parit dan berlendir. Tercium aroma seperti bau kaporit dan daun pandan, bahkan ada ada cairan merah diantara lendir yang ada di balon itu. Balon-balon itu pun dicuci sampai bersih, dengan air parit. Gus tanpa merasa jijik langsung meniup balonnya hingga bengkak membesar. Mulanya berbentuk seperti buah pepaya yang ada pentilnya diujung. Tak lama, Don dan Tam ikut meniup balon itu.

Setelah terbentu menjadi balon panjang, ketiganya pun bermain, saling memukul ibarat pedang. Bosan bermain pedang, balon-balon itu dihanyutkan ke parit, mengambilnya kembali dan menghanyutkannya lagi, begitu seterusnya. Ketiga bocah kegirangan, mereka berteriak senang. Saking gembiranya, sampai tiba-tiba seorang omak-omak keluar dari rumah lalu berteriak dan menghardik.
     
"Dasar anak-anak bodoh. Buang balon-balon itu. Tak tahu kalian apa itu, hah..! Itu kondom bekas Nonot (maaf) yang dimasukkan ke Memek (maaf lagi) lonte-lonte Wisma High Class itu," teriak omak-omak tersebut. (dp)

No comments:

Post a Comment