Donny Philli
Di belakang gedung itu, mengalir air dalam parit setinggi mata kaki orang dewasa, di jalan kecil pemukiman padat nan kumuh, Kampung Aur. Ketiga bocah itu, dari bibir parit tampak bermain menghanyutkan benda apa saja yang mengapung. Lalu benda mengapung itu berhenti di hilir parit tak jauh dari anak-anak tersebut, bersama sampah-sampah yang tersangkut.
Seorang wanita muda, cantik dan kusut, muncul dari balik jendela. Dia, menempelkan mukanya ke jeruji seakan-akan mengeluarkan kepalanya, menatap kearah luar. Matanya celingak-celinguk mengawasi sekeliling. Beruntung, tidak ada seorang pun yang lewat, yang ada hanya tiga bocah sedang bermain parit, yang tak memperhatikan si wanita cantik tadi.
Dari balik jeruji itu, tangan kiri si wanita keluar melewati jeruji besi yang mirip sel tahanan itu. Dari jari tangan si wanita meninting sebungkus plastik kresek berwarna hitam, sedangkan mata si wanita berusaha melihat ke bawah di sempitnya jeruji besi itu. Matanya tertuju pada parit kecil, tempat 3 bocah sedang bermain kapal-kapalan.
Sekali lemparkan, sampah yang terbungkus kantong plastik asoy itu
terlepas dari jepitan dua jari jempol dan telunjuknya. Plastik itu terjatuh
tepat ke dalam parit, lalu hanyut. Sebuah benda keluar dari dalam kantong
plastik itu. Benda itu berwarna putih bening, panjang dan kenyal, etrbuat dari
karet elastis. Jatuhnya benda itu mengundang perhatian seorang bocah, lalu
memungut dan menatapnya lama.
Si bocah lalu menyimpulkan, benda yang dicampakkan si wanita tadi adalah sebuah balon, berbentuk bulat panjang. Si bocah berpikir, temuannya itu seperti balon yang dijual di warung-warung dekat situ, hanya warnanya saja yang bening dan memiliki pentil di ujungnya. Betapa senangnya si bocah, ia lalu memberitahu kawan-kawannya kalau dia baru saja mendapatkan balon besar, tapi bekas.
"Woii.., woii, aku dapat balon," seru Agus pada Donny
dan Rustam. "Dimana kau dapat," tanya Don. "Jatuh dari kantong
plastik hitam itu," jawab Gus. Lalu ketiganya pun mengejar kantong plastik
yang hanyut ke hilir parit. Setelah dapat lalu plastic itu dibuka, didalamnya
terdapat 7 buah balon, semuanya basah terkena air parit dan berlendir. Tercium
aroma seperti bau kaporit dan daun pandan, bahkan ada ada cairan merah diantara
lendir yang ada di balon itu. Balon-balon itu pun dicuci sampai bersih, dengan
air parit. Gus tanpa merasa jijik langsung meniup balonnya hingga bengkak
membesar. Mulanya berbentuk seperti buah pepaya yang ada pentilnya diujung. Tak
lama, Don dan Tam ikut meniup balon itu.
Setelah terbentu menjadi balon panjang, ketiganya pun bermain,
saling memukul ibarat pedang. Bosan bermain pedang, balon-balon itu dihanyutkan
ke parit, mengambilnya kembali dan menghanyutkannya lagi, begitu seterusnya. Ketiga
bocah kegirangan, mereka berteriak senang. Saking gembiranya, sampai tiba-tiba
seorang omak-omak keluar dari rumah lalu berteriak dan menghardik.
"Dasar anak-anak bodoh. Buang balon-balon itu. Tak tahu kalian apa itu, hah..! Itu kondom bekas Nonot (maaf) yang dimasukkan ke Memek (maaf lagi) lonte-lonte Wisma High Class itu," teriak omak-omak tersebut. (dp)
No comments:
Post a Comment